Sabtu, 9 Desember 2023
Pagi ini dimulai dengan penuh semangat, sebagaimana cahaya matahari yang menyinari langit Bandar Lampung. Grup WhatsApp Guru MTsN 1 mulai ramai dengan diskusi penting sejak subuh. Topik yang diangkat kali ini adalah soal pengolahan nilai siswa — sebuah tema yang menyentuh inti dari tanggung jawab kami sebagai pendidik.
Pak Bagus Riyanto, yang terkenal dengan sikap lugas namun selalu menunjukkan perhatian mendalam terhadap siswa, membuka percakapan. Beliau menyampaikan keresahan tentang bagaimana nilai siswa diproses dan dampaknya pada keadilan serta motivasi belajar. Hal ini langsung memicu tanggapan dari berbagai guru.
Bu Liza, wali kelas unggulan, segera menekankan pentingnya menjaga citra kelas unggulan. "Nilai anak-anak unggulan mencerminkan kualitas sekolah kita di mata luar. Kita harus bijaksana, karena mereka membawa nama baik MTsN," tulisnya. Saya bisa merasakan betapa beliau sangat peduli dengan reputasi madrasah kami.
Namun, seperti biasa, Bu Heny Herawati, guru senior yang sarat pengalaman, memberikan perspektif yang lebih luas. "Semua anak, baik reguler maupun unggulan, adalah kebanggaan kita. Banyak anak reguler yang justru membawa nama harum sekolah, meskipun tidak di kelas unggulan. Yang penting adalah proses, bukan sekadar angka," tulisnya, mengingatkan kami untuk melihat esensi pendidikan.
Diskusi ini semakin menarik ketika Bu Desi, yang dikenal dengan pendekatan sistematisnya, menambahkan pandangannya. "Nilai harus mencerminkan proses pembelajaran. Setiap anak berhak melalui remedial atau pengayaan sebelum nilai ditetapkan. Sebagai wali kelas, kami hanya meminta kebijaksanaan dalam mempertimbangkan berbagai aspek," tulisnya dengan jelas.
Bu Laksmi, fasilitator kami yang andal, tak ketinggalan memperjelas aspek teknis. "Kita perlu memahami perbedaan nilai sumatif dan SAS, serta bagaimana pembobotannya. Dengan begitu, kita bisa membuat keputusan berdasarkan data yang akurat, bukan asumsi," tulisnya. Rasanya diskusi semakin mendalam dan memberi banyak wawasan baru.
Saat suasana diskusi mulai memanas, Bu Sinta, yang sering menjadi penengah, menulis dengan bijaksana. "Kita semua benar dalam pandangan masing-masing. Tak ada yang tahu masa depan anak. Nilai bisa menjadi motivasi, tapi proses pembelajaran jauh lebih penting. Mari kita fokus pada solusi yang menguntungkan semua pihak." Kata-katanya seolah menjadi penyejuk dalam dinamika diskusi.
Melihat diskusi yang begitu dinamis, Bu Susi, wakil kepala sekolah, mengundang semua guru untuk rapat koordinasi di hari Sabtu ini. Maka pagi ini, ruang guru penuh dengan antusiasme. Sebagai kepala madrasah, saya membuka pertemuan dengan senyuman. Dalam hati, saya merasa bangga melihat dedikasi luar biasa dari tim guru kami.
“Bapak/Ibu, diskusi kalian menunjukkan kepedulian luar biasa terhadap siswa kita. Namun, mari kita ingat, manajemen pendidikan membutuhkan sistem yang jelas dan disepakati bersama. Kita harus memiliki pedoman yang adil, transparan, dan mampu menjawab kebutuhan setiap siswa,” ujar saya dengan penuh harap.
Saya kemudian memaparkan beberapa rencana aksi untuk menyatukan berbagai pandangan yang telah muncul:
1. Penetapan Panduan Nilai: Sebuah panduan nilai akan disusun, mencakup kriteria ketercapaian, remedial, dan pengayaan, dengan penekanan pada transparansi proses.
2. Peningkatan Data Manajemen: Guru mata pelajaran akan dilatih menggunakan platform digital untuk mencatat progres nilai secara real-time, sehingga wali kelas dapat memantau tanpa harus bergantung pada asumsi.
3. Evaluasi Berkala: Kami akan mengadakan pertemuan berkala untuk mengevaluasi pelaksanaan sistem ini dan menyesuaikan bila diperlukan.
Semua guru menyambut baik ide-ide ini. Saya merasa bersyukur karena meskipun kami memiliki sudut pandang yang beragam, kami tetap bersatu dalam tujuan — memberikan yang terbaik bagi siswa kami. Semoga langkah-langkah ini menjadi awal yang baik untuk membangun sistem pengolahan nilai yang lebih adil dan mendukung perkembangan semua anak, baik di kelas unggulan maupun reguler.
Komentar
Posting Komentar